Kemanapun kamu pergi, siapapun orang yang kamu temui, apapun yang kamu jalani... Rumah selalu jadi tempat terbaik dalam segala kondisi.
Disinilah aku, kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri ternama di Kota Surabaya ini. Mengawali perjalanan pendidikan dengan mengenal beberapa orang baru dalam lembar kehidupan ku.
Salah satunya adalah pemuda tangguh dan berprinsip. Meskipun usia dia jauh di atas aku, dia selalu bisa menempatkan dirinya setara dengan teman-teman yang lain. Aku mengaguminya sebagai sosok yang pantang menyerah, Dhika.. Andhika Lesmana, salah satu putra dari Dokter Bedah ternama di Jakarta.
Suatu hari dia pernah bercerita kepadaku, mengenai perjalanan hidupnya.. Dhika adalah pemuda yang sangat menyukai tantangan, dia mencintai alam. Baginya, alam memberikan kebebasan untuknya.
Sewaktu masih SMA dulu, Dhika aktif dalam organisasi Pencinta Alam. Saking cintanya Dhika dengan aktifitas ini, setelah lulus SMA dia memutuskan untuk lebih mendalami hobbynya itu. Dhika diajak bergabung dengan Organisasi Pecinta Alam seIndonesia.
Ayah Dhika yang notabene seorang menjunjung tinggi nilai pendidikan, tentu saja merasa marah dan tidak setuju dengan keputusan Dhika. Yang diinginkan ayahnya adalah Dhika kuliah Kedokteran, sesuai bidang ayahnya.
Tapi keputusan Dhika sudah bulat, dia mempunai prinsip bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah tanggung jawabnya. Sampai detik terakhir keputusan Dhika masih belum berubah, hingga terjadi pertengkaran hebat diantara kedua bapak anak tersebut.
"Anak tidak tahu diuntung!! Masih bagus ayah mau menyekolahkan kamu, ini semua demi masa depan kamu Dhika!!" Dhika hanya terdiam, pandangannya lurus menatap ayahnya.
"Kalau kamu masih tetap bersikukuh dengan keputusan mu itu, jangan pernah kamu kembali lagi ke rumah ini tanpa ada gelar di belakang namamu!"
Dan sejak saat itu, Dhika pergi meninggalkan rumahnya, meninggalkan ayah dan adik perempuannya, dan juga meninggalkan kekecewaan terbesar di hati ayahnya.
Hari ini, aku dan teman-teman ku lainnya berkumpul di gedung serba guna kampus. Hari ini, hari dimana semua perjuangan kami semasa kuliah selama 4 tahun terbayar sudah -akan ada gelar Sarjana di belakang nama ku dan teman-teman lainnya-, dan hari dimana sebuah awal perjuangan untuk masa depan.
Saat aku melangkah memasuki ruangan, aku melihat seorang lelaki setengah baya berdiri dan terlihat kebingungan. Laki-laki itu berpakaian sangat rapi, jas lengkap dengan dasi, layaknya pengusaha besar. "maaf dhik.." dia menyapa, dan ku urungkan niat ku untuk masuk.
"Disini ada acara apa ya? koq ramai sekali. Kemarin saya mendapat undangan untuk datang ke acara ini, tapi saya kurang mengerti mengenai acaranya."
Aku menjelaskan kalau ini adalah acara Wisuda, dan dia tersenyum bangga "ohh.. mungkin ini kejutan dari anak perempuan saya, bahwa dia menyelesaikan sarjana mudanya disini...". Lalu aku membantunya mencarikan tempat duduk, dan aku pamit untuk kembali "oia mbak, terima kasih ya atas batuannya. Nama saya Rahardian Lesmana"
Rahardian Lesmana?? Andhika Lesmana?? Hmm.. Lesmana yang sama ataukah berbeda?? Ah.. Pasti Lesmana yang sama. Meskipun Dhika sudah jauh pergi meninggalkan rumahnya, tapi dia masih sering berkomunikasi dengan adiknya. Anindita Lesmana mendukung penuh atas apapun keputusan kakaknya itu, bahkan keputusan Dhika untuk melanjutkan pendidikan yang tak pernah disangkanya.
Ya.. Dhika akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, meraih gelar sesuai dengan bidang yang diminatinya (bukan kedokteran tentunya). Dhika kuliah bukan untuk ayahnya, bukan untuk memuaskan keinginan ayahnya, tapi Dhika memang harus kuliah, karena kebutuhan dan kepentingannya.
Acara wisuda pun dimulai, satu persatu wisudawan mulai dipanggil. Aku melirik tempat dimana laki-laki tadi ku antar duduk, dia melihat podium dengan harapan cemas. Mencari sosok anak perempuannya tapi tak kunjung terlihat.
Hingga tiba pada urutan terakhir "Andika Lesmana, Lulus dengan Cum Laude!!" kembali aku melirik ke arah laki-laki itu, dia terpana menyaksikan sosok anak laki-lakinya yang sudah pergi selama bertahun-tahun. Dan kini sang anak telah berdiri dipodium, dengan senyuman bahagia... Sesaat mata mereka bertemu, dan terlihat sang ayah merentangkan tangannya seolah-olah memeluk kemudian mengangguk memberi hormat kepada sang anak. Dhika pun membalasnya dengan memberikan senyuman bangga kepada sang ayah.
Saat Dhika kembali ke tempat duduk disebelah ku, aku melihat mata seorang pemuda yang basah akan air mata kebahagiaan dan dia berbisik kepada ku "Aku sudah pulang, dan aku kembali kepada ayah ku.."
*inspired after read my old book -chicken soup-*
Disinilah aku, kuliah di sebuah Perguruan Tinggi Negeri ternama di Kota Surabaya ini. Mengawali perjalanan pendidikan dengan mengenal beberapa orang baru dalam lembar kehidupan ku.
Salah satunya adalah pemuda tangguh dan berprinsip. Meskipun usia dia jauh di atas aku, dia selalu bisa menempatkan dirinya setara dengan teman-teman yang lain. Aku mengaguminya sebagai sosok yang pantang menyerah, Dhika.. Andhika Lesmana, salah satu putra dari Dokter Bedah ternama di Jakarta.
Suatu hari dia pernah bercerita kepadaku, mengenai perjalanan hidupnya.. Dhika adalah pemuda yang sangat menyukai tantangan, dia mencintai alam. Baginya, alam memberikan kebebasan untuknya.
Sewaktu masih SMA dulu, Dhika aktif dalam organisasi Pencinta Alam. Saking cintanya Dhika dengan aktifitas ini, setelah lulus SMA dia memutuskan untuk lebih mendalami hobbynya itu. Dhika diajak bergabung dengan Organisasi Pecinta Alam seIndonesia.
Ayah Dhika yang notabene seorang menjunjung tinggi nilai pendidikan, tentu saja merasa marah dan tidak setuju dengan keputusan Dhika. Yang diinginkan ayahnya adalah Dhika kuliah Kedokteran, sesuai bidang ayahnya.
Tapi keputusan Dhika sudah bulat, dia mempunai prinsip bahwa kehidupan yang dijalaninya adalah tanggung jawabnya. Sampai detik terakhir keputusan Dhika masih belum berubah, hingga terjadi pertengkaran hebat diantara kedua bapak anak tersebut.
"Anak tidak tahu diuntung!! Masih bagus ayah mau menyekolahkan kamu, ini semua demi masa depan kamu Dhika!!" Dhika hanya terdiam, pandangannya lurus menatap ayahnya.
"Kalau kamu masih tetap bersikukuh dengan keputusan mu itu, jangan pernah kamu kembali lagi ke rumah ini tanpa ada gelar di belakang namamu!"
Dan sejak saat itu, Dhika pergi meninggalkan rumahnya, meninggalkan ayah dan adik perempuannya, dan juga meninggalkan kekecewaan terbesar di hati ayahnya.
Hari ini, aku dan teman-teman ku lainnya berkumpul di gedung serba guna kampus. Hari ini, hari dimana semua perjuangan kami semasa kuliah selama 4 tahun terbayar sudah -akan ada gelar Sarjana di belakang nama ku dan teman-teman lainnya-, dan hari dimana sebuah awal perjuangan untuk masa depan.
Saat aku melangkah memasuki ruangan, aku melihat seorang lelaki setengah baya berdiri dan terlihat kebingungan. Laki-laki itu berpakaian sangat rapi, jas lengkap dengan dasi, layaknya pengusaha besar. "maaf dhik.." dia menyapa, dan ku urungkan niat ku untuk masuk.
"Disini ada acara apa ya? koq ramai sekali. Kemarin saya mendapat undangan untuk datang ke acara ini, tapi saya kurang mengerti mengenai acaranya."
Aku menjelaskan kalau ini adalah acara Wisuda, dan dia tersenyum bangga "ohh.. mungkin ini kejutan dari anak perempuan saya, bahwa dia menyelesaikan sarjana mudanya disini...". Lalu aku membantunya mencarikan tempat duduk, dan aku pamit untuk kembali "oia mbak, terima kasih ya atas batuannya. Nama saya Rahardian Lesmana"
Rahardian Lesmana?? Andhika Lesmana?? Hmm.. Lesmana yang sama ataukah berbeda?? Ah.. Pasti Lesmana yang sama. Meskipun Dhika sudah jauh pergi meninggalkan rumahnya, tapi dia masih sering berkomunikasi dengan adiknya. Anindita Lesmana mendukung penuh atas apapun keputusan kakaknya itu, bahkan keputusan Dhika untuk melanjutkan pendidikan yang tak pernah disangkanya.
Ya.. Dhika akhirnya memutuskan untuk melanjutkan pendidikan, meraih gelar sesuai dengan bidang yang diminatinya (bukan kedokteran tentunya). Dhika kuliah bukan untuk ayahnya, bukan untuk memuaskan keinginan ayahnya, tapi Dhika memang harus kuliah, karena kebutuhan dan kepentingannya.
Acara wisuda pun dimulai, satu persatu wisudawan mulai dipanggil. Aku melirik tempat dimana laki-laki tadi ku antar duduk, dia melihat podium dengan harapan cemas. Mencari sosok anak perempuannya tapi tak kunjung terlihat.
Hingga tiba pada urutan terakhir "Andika Lesmana, Lulus dengan Cum Laude!!" kembali aku melirik ke arah laki-laki itu, dia terpana menyaksikan sosok anak laki-lakinya yang sudah pergi selama bertahun-tahun. Dan kini sang anak telah berdiri dipodium, dengan senyuman bahagia... Sesaat mata mereka bertemu, dan terlihat sang ayah merentangkan tangannya seolah-olah memeluk kemudian mengangguk memberi hormat kepada sang anak. Dhika pun membalasnya dengan memberikan senyuman bangga kepada sang ayah.
Saat Dhika kembali ke tempat duduk disebelah ku, aku melihat mata seorang pemuda yang basah akan air mata kebahagiaan dan dia berbisik kepada ku "Aku sudah pulang, dan aku kembali kepada ayah ku.."
*inspired after read my old book -chicken soup-*
7 komentar:
cerita ringan yg renyah...
tapi saia tetap membayangkan sad ending. maaf ini hanya karna saya suka sad ending...
but, nice story...
i'll keep it...
ntu dongeng apa cerpen??
panjang bnged bu'
cerita yang bagus ^^
terlalu happy ending :D
ringan dan menggariahkan *lho??*
bu.. cerpenmu bagus. buat buku kumpulan cerpen yuukk..
@ Rid0_aja : ok..ok.. gw bikinin sesuai request sad ending!
@ HeLLga : bukan dongeng, bukan cerpen, itu cuma pengumuman aja koq.
@ Elmo : keprok keprok!! aw..aw..aw.. malu deh gw..
@ Easy : Mau yg sad ending jg??
@ Monyet : menggairahkan?? hooo.. *maksud lo??*
@ Brillie : gw jarang bikin cerpen, noh si WeLLa pny banyak, ajakin dy aja..
Posting Komentar